Tehran, Narawarta — Menteri Luar Negeri Iran memperingatkan tentang potensi ledakan tak terkendali di Timur Tengah setelah Amerika Serikat memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata di Gaza yang diajukan oleh Uni Emirat Arab.
Menteri Hossein Amir-Abdollahian menyampaikan kekhawatirannya kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah panggilan telepon hanya beberapa jam setelah AS memveto pada Jumat (8/12).
“Selama Amerika Serikat mendukung kejahatan rezim Zionis dan kelanjutan perang, ada kemungkinan ledakan tak terkendali di kawasan itu,” tegasnya seperti yang dilansir oleh AFP.
Dengan kegagalan Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi gencatan senjata, rakyat Gaza menghadapi krisis yang semakin parah. Amir-Abdollahian mendesak agar perbatasan Rafah segera dibuka untuk memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Dalam percakapan telepon tersebut, Amir-Abdollahian memuji Guterres karena menggunakan Pasal 99 Piagam PBB untuk mendorong Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan. Ia menyebutnya sebagai “langkah berani untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.”
Pada hari Rabu (6/12), Guterres menulis kepada Presiden Dewan Keamanan PBB, Jose Javier de la Gasca Lopez Dominguez, mendesak badan itu setuju pada resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza. Guterres mengungkapkan kekhawatirannya tentang situasi yang memburuk di Gaza akibat agresi Israel, sambil merujuk pada Pasal 99 Piagam PBB.
Meskipun peran utama Sekretaris Jenderal PBB bersifat administratif dengan kewenangan terbatas untuk menginisiasi pertemuan atau diskusi di Dewan Keamanan PBB, Pasal 99 memberikan kewenangan khusus. Ini memungkinkan Sekretaris Jenderal untuk membawa setiap masalah ke perhatian Dewan Keamanan.
Amir-Abdollahian menegaskan kepada Guterres bahwa Hamas tidak pernah melanggar perjanjian gencatan senjata, membantah klaim Israel yang digunakan sebagai alasan untuk melanjutkan serangan setelah gencatan sepekan hingga 1 Desember. Ia juga menambahkan bahwa dukungan AS untuk Israel “telah membuat sulit [kedua belah pihak] untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan.”
Agresi Israel di Jalur Gaza sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober lalu telah menewaskan hampir 17.500 orang hingga saat ini, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan. (max)